JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes

Kamis, 12 Maret 2009

kesaksian

Temen2, saudara2 en siapa saja yg menerima email ini. Sempatkan membaca
kisah singkat ini. kisah nyata kehidupan seorang gadis kecil yg benar2
dan sungguh mengimani Yesus.

Kejadian ini baru saja terjadi. dan kisah ini baru selesai saya buat
dan
akan dimuat di Warta Gereja Regina Caeli minggu ini. Selamat membaca,
semoga cerita ini menguatkan kita semua.
Kalau tidak keberatan bantu saya menyebarkan ke teman2, saudara atau
kerabat anda...
semoga Olive kecil tambah tersenyum bahagia disurga...

Salam Kasih,
Sanz..

Sang Malaikat Kecil telah Menyelesaikan Tugasnya

Kisah nyata tentang kehidupan gadis kecil yang bernama
Olivia

________________________________________________________________________
Pengantar Redaksi: Dalam terbitan Warta RC minggu lalu dimuat suatu
ucapan belasungkawa atas berpulangnya Olivia Laurencia, 10 tahun,
keponakan dari Jelly Lim, anggota Dewan Paroki Regina Caeli. Banyak
Warga RC yang menyempatkan diri melayat di rumah duka ikut menitikkan
air mata tapi sekaligus diteguhkan iman mereka mendengar kisah hidup
Olivia yang berjuang melawan penyakitnya sejak usia satu setengah
tahun. Berikut adalah kesaksian yang ditulis oleh salah seorang
kerabatnya. Semoga kesaksian ini membawa kita pada permenungan yang
mendalam tentang makna hidup kita masing-masing.
________________________________________________________________________
______________

Tiga Juli 1999, tangis bayi memecah kesunyian. Sang bayi mungil
lahir ke dunia membawa kebahagiaan bagi pasangan Jimmy dan Aiwan. Kulit
putih
kemerah-merahan, mata yang sungguh indah, bahkan ia memiliki bobot
tubuh yang cukup besar dibandingkan ukuran normal bayi yang baru lahir.
Semua orang yang melihat memuji sang bayi cantik yang kemudian diberi
nama Olivia Laurencia dengan nama kecil Ping Ping ini. Yah, ini adalah
mahakarya yang sungguh indah dari Tuhan bagi keluarga muda itu.
Sang bayi mungil tumbuh cepat dan makin cantik dari waktu ke
waktu. Babak baru kehidupannya dimulai ketika umur satu setengah tahun.
Saat anggota keluarga yang lain melihat adanya kelainan penglihatan pada
Oliv kecil, segera mereka memeriksakannya ke dokter. Bagaikan disambar
petir mereka harus menerima kenyataan bahwa Olivia divonis menderita
kanker mata, atau istilah kedokterannya penyakit Retina Blastoma.
"Biasanya untuk penyakit begini umurnya paling sekitar 2 tahun lagi,"
demikian kata sang dokter yang terus terngiang-ngiang di ingatan
orangtuanya.

Bergelut
dengan Pengobatan

Berbagai pengobatan mulai dijalani, bahkan pengobatan sampai ke
luar negeri. Dokter menyarankan agar bola mata kiri yang terkena kanker
segera diangkat. Namun sang papa bersikeras untuk tidak mengambil jalan
itu. "Dia seorang anak gadis, bagaimana dia menghadapi hidupnya kelak
dengan mata palsunya. Jalan ini juga tidak bisa menjamin 100% sel kanker
itu hilang begitu saja. Mata dia sungguh indah, semua orang juga
mengakuinya," berontak sang papa. Akhirnya dipakailah cara kemotherapy
untuk mematikan sel-sel kanker yang telah tumbuh itu. Saat sang putri
kesayangan teriak menahan sakit yang dideritanya, sang papa tidak kuat
menerima kenyataan itu bahkan ia membenturkan kepalanya sendiri ke
dinding.
Menurut pengakuannya meski sudah dibaptis dan menjadi pengikut
Kristus, Jimmy dan Aiwan belum menjadi pengikut Kristus yang
sesungguhnya. Untuk pergi ke gereja pun kadang masih agak
ogah-ogahan.
Tepatnya hanya menjadi umat yang biasa-biasa saja. Dalam mimpinya suatu
malam Jimmy didatangi oleh malaikat yang membawa sebuah maklumat berisi
hanya satu kata 'BAPTIS'. Setelah menceritakan kepada saudaranya,
saudaranya itu memberikan masukan "baptis berarti kamu mesti
bertobat!".
Sambil tetap menjalani pengobatan, kondisi Olivia mengantar papa dan
mamanya lebih rajin dalam berdoa dan mengikuti persekutuan. Mereka lebih
berpasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Mereka
bertumbuh dalam iman di tengah penyakit yang diderita Olivia.
Di sela-sela kesibukan mengurusi pengobatan Olivia, Allah
mendatangkan penghibur di keluarga ini. Seorang anak pemberian Tuhan
hadir di tengah mereka. Sang adik kecil itu kemudian diberi nama Yohanes
Natanael. Setidaknya ini adalah suatu penghiburan di tengah kesedihan
mereka.
Olivia sempat menjalani dua kali kemotherapy yang membuat
kondisi
fisiknya drop. Saat ia drop dan trombosit dalam tubuhnya turun, sang
papa dan pamannya dengan kondisi was-was musti siap mengantri sepanjang
hari untuk mendapatkan bantuan darah di PMI. Demikian sepanjang hidupnya
Olivia menjalani pengobatan. Biasanya setelah therapy ia mengalami
kerontokan rambut hingga botak sama sekali. Dengan fisik yang demikian
Olivia tidak pernah merasa rendah diri. Ia tetap menjadi anak yang
periang. Bahkan di sekolah ia termasuk salah satu murid yang memiliki
prestasi yang cemerlang. Seluruh keluarga besar sangat menyayangi dan
memberi perhatian penuh kepadanya. Saat ilmu kedokteran sudah angkat
tangan dan hanya memberikan harapan kosong atas kesembuhannya, seluruh
keluarga tidak berputus asa. Berbagai pengobatan alternatif dijalani.
Pantangan-pantangan makanan selalu dituruti oleh gadis kecil ini.
Obat-obatan dari berbagai bentuk dan rasa yang sungguh merusak indra
pengecapan
juga dilahap dengan pasrah.

Membawa kepada Kristus

Dalam kondisi demikian, Oliv kecil sungguh bergantung pada Tuhan
Yesus. Setiap pagi saat jam dinding baru menunjukkan pukul 04.00, bagai
jam weker Olivia membangunkan orangtuanya untuk mengajak doa pagi.
Ketika melihat papanya bersedih hati, Olivia selalu berujar "Smile".
Dengan polosnya Olivia berujar dan mengajarkan papanya "Dalam masalah
apa pun kita harus selalu smile." Imannya kepada Yesus itu membuat ia
boleh dibilang tak pernah mengeluh soal penyakit yang dideritanya. Ia
bahkan tak pernah menangis karena penyakit itu.
Iman Olivia ini menghantarkan sang kakek, nenek, om, tante yang
belum mengenal Kristus menjadi orang-orang percaya. Ketegaran Olivia
membuat mereka semua merasakan bahwa Yesus sungguh ada bersama Olivia.
Hal itu pula yang kemudian mendorong keluarga besarnya semakin berpasrah
pada Yesus. Bahkan mereka kemudian terjun
aktif dalam kegiatan rohani di
lingkungannya. Sungguh inilah karya besar yang ditinggalkannya.
Bulan-bulan terakhir menjelang ajalnya ia menunjukkan kasihnya
yang luar biasa kepada keluarganya, terutama kepada adik kecilnya. Ia
berujar kepada sang mama "Kan Oliv mau jadi peri yang baik hati".
Natal
dan malam Tahun Baru 31 Desember 2008, meskipun menahan sakit kepala
yang belakangan selalu menyerangnya, ia berusaha tetap ceria. Saat acara
tukar kado bersama jemaat Gereja, ia juga masih selalu bercanda dengan
semua orang. Beberapa hari kemudian, 4 Januari 2009, saat sakit kepala
yang semakin parah dan disertai dengan muntah-muntah, keluarga
memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Semakin lama kondisi
fisiknya semakin parah. Tubuhnya bahkan sudah sulit untuk menerima
asupan makanan. Hal yang ditakutkan pun terjadi. Hasil MRI menunjukkan
sel kanker yang sudah membutakan mata kirinya telah menjalar sampai
ke
otak bahkan ke seluruh tubuhnya.

"Terimakasih Tuhan Yesus"
Setiap hari ia hanya bisa terbaring lemas dan tertidur. Saat ia
terbangun, kesakitan yang sungguh luar biasa dialaminya. Ia hanya bisa
berteriak, "Aduh sakit, sakit sekali Tuhan...". Sang mama yang tidak
kuat melihat penderitaan putrinya mengatakan, "Kalau sakit sekali,
menangis saja Oliv," tapi anak ini sungguh kuat. Dia tidak pernah mau
menangisi kesakitannya. Orang tuanya kembali dikuatkan dan diajarkan
untuk tetap tegar dalam segala masalah, walaupun itu tidak mengenakkan.
Kesakitannya semakin memuncak, bahkan obat penahan sakit yang diberikan
dokter sudah tidak bisa menghilangkan rasa sakit itu. Dua malam
menjelang ajalnya, Oliv yang bulan Juli mendatang genap berumur 10 tahun
berdoa penuh iman. "Terima kasih Tuhan atas kasih karuniaMu, Oliv
percaya Oliv sudah sembuh, Oliv sudah dipulihkan. Tidak ada satu
penyakit apa pun di badan
Oliv, dari ujung rambut sampai ujung kaki
Oliv, karena sudah Engkau tebus di kayu salib. Tuhan berkati Oliv, Tuhan
ampuni semua dosa Oliv, terima kasih Tuhan, Haleluya, Amin..." Sebuah
doa yang sungguh indah dan penuh makna. Doa seorang anak yang sungguh
mencintai dan mengimani Yesus.
Saat malam terakhir ia bahkan sempat meminta sang papa yang memang
sangat dekat dengannya untuk memeluk, menurunkannya dari ranjang pasien
dan memangkunya. Dia meminta kepada semua orang dan keluarga yang
mengunjunginya untuk senantiasa berdoa dan mendoakannya sepanjang malam
itu. Detik-detik maut semakin mendekatinya. Dalam kesakitan yang sudah
tidak tertahan, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya "Sakit sekali
ya Tuhan, Oliv sudah tidak tahan lagi..." kemudian kepalanya jatuh
terkulai sambil berucap "Trima kasih Tuhan Yesus" . Kemudian ia sudah
tidak sadarkan diri, tubuhnya mulai kejang-kejang. Saat sang
papa
membisikkan ke telinganya "Papa merelakan Oliv pergi, karena papa
percaya di surga penuh damai sejahtera dari pada di dunia dengan
menanggung penderitaan. Saat Oliv bertemu dengan Yesus dan Yesus ingin
memegang tangan Oliv, segeralah sambut tangan-Nya. Selamat jalan Oliv
kami semua merelakan Oliv." Dalam kondisi yang sudah 'koma'
Olivia
meneteskan airmata.
Sesaat setelah itu, bergantian istri pendeta memegang tangan Oliv
sambil membisikkan di telinganya, "Kalau Oliv sudah bertemu Tuhan Yesus,
Oliv genggam kencang tangan tante yah.." Dalam keadaan koma' itu ia
benar2 menggenggam tangan itu dan tak lama kemudian Oliv kecil pun pergi
untuk selamanya dengan perlahan, tenang dan damai. 12 Januari 2009,
pukul 15.45.

Tugasnya sudah selesai

Kedua orang tuanya tentu sedih dengan kepergiannya. Tapi mereka
mengimani bahwa Olivia sudah bahagia di surga selamanya. Mereka berusaha
menahan
tetesan airmata dan merelakan kepergiannya. Mereka berusaha
meneladani apa yang selalu dikatakan Olivia selama hidupnya, bahwa
"Segala sesuatu ada waktunya; selalu tersenyumlah dalam segala hal;
tetap kuat dan tegar dalam pergumulan; berserah dirilah kepada Tuhan
Yesus, karena Dia akan memberikan jalan terbaik dan selalu mengasihi
kita".
Jasadnya sudah terbaring kaku, tapi ia terlihat seperti hanya
tertidur. Semua pelayat yang melihat, memuji Olivia bagaikan peri kecil
cantik yang tertidur pulas. Wajah dan kulitnya putih bersih. Bibir
kecilnya menyunggingkan senyum kecil bahagia. Salah satu mata yang
tadinya agak cekung karena sel kanker sudah menggerogoti dan membutakan
mata kirinya bahkan terlihat normal kembali. Ia benar-benar seperti
tertidur. Semua mengimani, saat ajal menjemputnya Tuhan terlebih dahulu
memulihkan fisiknya. Keluarga besarnya juga mengimani bahwa Olivia
adalah penolong yang diberikan
Tuhan di tengah-tengah keluarga mereka.
Melalui sakit yang dideritanya satu persatu anggota keluarga besarnya
bertobat dan menerima Kristus. Tugas malaikat kecil ini sudah selesai,
maka ia kembali dipanggil Bapa ke surga.
Bahkan saat pemakamannya, di tengah-tengah cuaca yang sepanjang
hari dipenuhi hujan deras, ketika kebaktian pamakaman dimulai, dan
ketika sang pemimpin Ibadat menyerukan "Semoga prosesi pemakaman ini
diliputi dengan cuaca cerah... Tuhan, walaupun kami tidak dapat melihat
dengan mata kami tapi kami yakin Tuhan hadir di tempat ini," detik itu
juga, gemuruh guntur berbunyi seakan langit menjawab. Dan hujan yang
sepanjang hari menyelimuti bumi, seketika berhenti. Semua yang
menghantar ke pemakaman ini dengan tertegun berujar dalam hati, "Sungguh
ia benar-benar dikasihi Tuhan".
Segalanya berjalan lancar, kepergian sang malaikat kecil bahkan
didoakan dan dihantar oleh beratus-ratus
pelayat. Walaupun Olivia sudah
tidak ada di dunia, tapi karyanya dalam dunia sungguh selalu akan
dikenang. Karena bukan diukur dari berapa lama kita tinggal di dunia,
tetapi seberapa berartinya hidup yang kita jalani.
Selamat jalan Olivia, doa kami menyertaimu selalu. Dan kami
percaya, engkau juga senantiasa mendoakan kami dari sana. (sanz)

Tidak ada komentar: