JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes

Kamis, 30 Oktober 2008

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG.

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG.
> Oleh Romi Satria Wahono
>
> 1. KERJA KERAS
> Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.
> Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat
> tinggi
> dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun),
> Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
> Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,
> sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil
> yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa
> melakukan
> pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah
> sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan
> bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.
>
> 2. MALU
> Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri
> (bunuh
> diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai,
> yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern,
> wacananya
> sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat
> (mentri,
> politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal
> menjalankan
> tugasnya.
> Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri,
> karena nilainya jelek atau tidak naik kelas.
> Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar
> daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di
> tengah
> jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar
> peraturan
> ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
>
> 3. HIDUP HEMAT
> Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti
> konsumerisme berlebihan, ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di
> masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan
> banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam
> 19:30.
>
> Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa
> supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu
> sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket
> di
> Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
>
> 4. LOYALITAS
> Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata
> dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat
> jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.
> Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini
> mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau
> menerima fresh
> graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan
> bidang
> garapan (core business) perusahaan.
>
> 5. INOVASI
> Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam
> meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang
> diminati
> oleh masyarakat.
> Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang
> melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki
> oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan
> dan
> membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama
> puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu.
> Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan
> jumlah
> total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda
> empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang
> Amerika.
> Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri
> perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
>
> 6. PANTANG MENYERAH
> Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan
> pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup
> semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.
> Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat
> beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga
> tidak
> membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,
> batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal
> dari
> negara lain termasuk Indonesia.
> Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30%
> wilayah
> Jepang akan gelap gulita.
> Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di
> Hiroshima
> dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi
> dengan
> adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis.
> Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri
> otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup
> menakjubkan
> bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir
> dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak,
> mulai
> dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di
> era
> kekinian.
> Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan
> produk
> Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya
> melegenda
> dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori
> dimana
> orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang
> dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).
>
> 7. BUDAYA BACA
> Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta
> listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa
> sedang
> membaca buku atau koran.
> Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di
> densha
> untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik
> bergambar)
> untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.
> Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang
> membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang
> juga
> didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa
> inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan
> buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya
> institut
> penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya
> terjemahan
> buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku
> asingnya
> diterbitkan.
>
> 8. KERJASAMA KELOMPOK
> Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu
> bersifat individualistik.
> Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau
> kelompok
> tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan
> lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah
> biasanya
> juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu
> kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor
> Jepang
> akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor
> Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang
> berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi"
> adalah
> ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam
> "rin-gi".
>
>
> 9. MANDIRI
> Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang
> paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus
> membawa 3 tas besar
> berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti,
> buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di
> lehernya.
> Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan
> bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk
> bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang
> tua.
> Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan
> kerja
> part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun
> kehabisan
> uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka
> kembalikan
> di bulan berikutnya.
>
> 10. JAGA TRADISI
> Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang
> kehilangan
> tradisi dan budayanya.
> Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan
> hidup
> sampai saat ini.
> Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari
> anda
> naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget
> kalau
> yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
> Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk
> apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati
> dalam
> pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang
> Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang.
> Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,
> tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para
> petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan
> pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk
> orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang
> merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
>
> Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa
> Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin
> kita
> belum mengasahnya dengan baik.
> Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan
> mengalahkan
> mahasiswa Jepang.
> Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional.
> Saya yakin ada faktor "non-teknis" yang membuat Indonesia agak terpuruk
> dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk
> berbagai
> permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan
> menerima kebaikan dari siapapun juga.
>

Tidak ada komentar: