JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes

Kamis, 17 April 2008

Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri

Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri
Sumber: Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri oleh Gede
Prama


Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan.

Ada masa sulit dalam berumah tangga, kehidupan karir, kesehatan,
atau
kehidupan pribadi yang diguncang badai. Kebanyakan juga setuju
kalau
masa-masa sulit ini bukanlah keadaan yang diinginkan. Sebagian
orang
bahkan berdoa, agar sejarang mungkin digoda oleh keadaan-keadaan
sulit. Sebagian lagi yang dihinggapi oleh kemewahan hidup ala
anak-anak kecil, mau membuang jauh-jauh, atau lari
sekencang-kencangnya dari godaan hidup sulit.

Akan tetapi, sekencang apapun kita menjauh dari kesulitan, ia
tetap
akan menyentuh badan dan jiwa ini di waktu-waktu ketika ia harus
datang berkunjung. Rumus besi kehidupan seperti ini, memang
berlaku
pada semua manusia, bahkan juga berlaku untuk seorang raja dan
penguasa yang paling berkuasa sekalipun.

Sadar akan hal inilah, saya sering mendidik diri untuk ikhlas
ketika
kesulitan datang berkunjung. Syukur-syukur bisa tersenyum memeluk
kesulitan. Tidak dibuat sakit dan frustrasi saja saya sudah sangat
bersyukur. Pelukan-pelukan kebijakan seperti inilah yang datang
ketika
sang hidup sempat membanting saya dari sebuah ketinggian.

Sakit memang, tapi karena ia sudah saatnya datang berkunjung, dan
kita
tidak punya pilihan lain terkecuali membukakan pintu rumah
kehidupan,
maka seterpaksa apapun hanya keikhlasanlah satu-satunya modal
berguna
dalam hal ini.

Senyum penerimaan terhadap kesulitan memang terasa kecut di bibir.
Dan
sebagaimana logam yang sedang dibuat menjadi patung indah,
kesulitan
memang terasa seperti semprotan panasnya api mesin las, dihajar
oleh
palu besar, kencangnya cubitan tang, menyakitkannya
goresan-goresan
amplas kasar, atau malah tidak enaknya bau cat yang menyelimuti
selu!
ruh badan patung logam. Semua tahu, kalau badan dan jiwa ini
kemudian
akan menjadi 'patung logam' yang lebih indah dari sebelumnya.
Tetapi
tetap saja ada sisa-sisa ketakutan - dan bahkan mungkin trauma -
yang
membuat kita manusia menghindar dari kesulitan.

Cuma selebar apapun goresan luka yang dibuat oleh kesulitan, ada
mahluk yang amat berguna dan amat dibutuhkan dalam
pengalaman-pengalaman menyakitkan ini, ia bernama sahabat. Tidak
semua
sahabat fasih memberikan nasehat. Tetapi dengan kesediaannya untuk
mendengar, sinaran mata yang berisi empati, kesediaan untuk
menjaga
rahasia, sahabat menjadi permata berlian yang amat berguna dalam
keadaan-keadaan ini.

Di rumah saya memiliki seorang sahabat yang amat mengagumkan. Dari
segi pendidikan formal ia hanya tamatan SMU. Bahkan SMU tempat ia
bersekolah dulu sudah bubar, sebagai tanda ia bukanlah berasal
dari
sekolah yang terlalu membanggakan. Namun nasehat serta keteladanan
hidupnya kadang mengagumkan.

Di kantor saya memiliki sejumlah bawahan yang datang sama manisnya
baik ketika dipuji maupun setelah dimaki. Seorang tetangga
menelpon,
mengirim SMS dan bahkan menyempatkan diri berkunjung ke rumah.
Tidak
untuk memberikan ceramah, hanya untuk mendengar. Seorang sahabat
dekat
yang memimpin sebuah raksasa teknologi informasi bahkan mengatakan
bangga menjadi sahabat saya.

Ketika tulisan ini dibuat, seorang sahabat lama yang tinggal di
Surabaya menelepon, tanpa bermaksud menggurui ia mengutip
kata-kata
indah Confucius :
'Manusia salah itu biasa, tetapi menarik pelajaran dari kesalahan
itu
baru luar biasa'.

Apa yang mau saya tuturkan dengan semua ini, rupanya sahabat
adalah
hadiah paling berharga yang bisa kita berikan pada diri kita
sendiri.
Secara lebih khusus ketika kita ditimpa kesulitan yang menggunung.
Sehingga patut direnungkan, kalau kita perlu menabung perhatian,
empati, cinta buat para sahabat. Tidak untuk berdagang dengan
kehidupan. Dalam arti, memberi dengan harapan agar diberi kelak.
Melainkan, sebagaimana cerita dan pengalaman di atas, dalam dunia
persahabatan, dalam memberi kita sebenarnya sudah diberi. Bahkan,
setiap sahabat yang memberi perhatian dan empati pada sahabat
lainnya,
ketika itu juga mengalami the joy of giving. Ketika itu juga
seperti
ada beban di bahu yang berkurang jauh beratnya.

Ada memang orang yang memiliki banyak sekali teman. Kemana-mana
namanya dipanggil orang. Cuman, sedikit diantara semua teman yang
banyak ini kemudian bisa menjadi sahabat. Bercermin dari kenyataan
inilah, maka saya lebih memusatkan diri untuk mencari dan membina
sahabat. Jumlahnya memang tidak akan pernah banyak. Bahkan ia
lebih
sedikit dari jumlah jari tangan. Cuma sesedikit apapun jumlahnya,
sahabat tetap sejenis hadiah terbaik yang bisa kita bisa berikan
buat
diri sendiri.

Mobil mewah memang bisa membawa kita ke tempat jauh lengkap
dengangengsinya.
Rumah mewah memang bisa meningkatkan kenyamanan tinggal sekaligus
meningkatkan kelas.
Ijazah lengkap dengan gelarnya yang mentereng juga bisa
meningkatkan
percaya diri.
Akan tetapi, baik mobil mewah, rumah mewah maupun ijazah tidak
bisa
menghadirkan empati yang menyentuh hati

Di sebuah Sabtu pagi, seorang sahabat yang membaca harian Kompas
yang
memberitakan bahwa saya mengundurkan diri dari jabatan presiden
direktur di sebuah kelompok usaha amat besar di negeri ini,
langsung
menelepon saya dari tempat yang jauh. Ia berucap sederhana : 'saya
bangga jadi teman Anda'.

Inilah hadiah terbaik yang bisa dihadiahkan ke diri sendiri.
Ia tidak dibungkus kado, ia juga tidak hanya datang ketika hari
raya
atau ulang tahun.
Ia justru lebih sering datang ketika kita amat membutuhkannya.

Tidak ada komentar: