JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes

Jumat, 11 April 2008

Budaya Imlek agar Lho Melek

Kata "Imlek" berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti

"penanggalan bulan" atau "yinli" dalam bahasa Mandarin. Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan "Chunjie" (perayaan musim semi). Kegiatan perayaan itu disebut "Guo nian" (memasuki tahun baru), sedang di

Indonesia lebih dikenal dengan sebutan "konyan". Di Indonesia mereka merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2007, maka tahun Imleknya menjadi 2007 + 551 = 2558.

Hanya sayangnya di kebanyakan negara lainnya diluar Indonesia; mereka

merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 2558 melainkan tahun 4644,

sebab dalam sejarah tercatat, bahwa penanggalan Imlek dimulai sejak tanggal 8

Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM)

mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya ialah 4644 tahun yang lampau, maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya berdasarkan perayaan budaya saja, jadi tidak ada kaitannya sama sekali

dengan Kong Hu Chu.

Apabila orang ingat Imlek otomatis ingat Angpauw (Hokian) atau Hong Bao

(Mandarin) yang artinya amplop merah berisi uang. Angpauw ini bukan

hanya digemari oleh anak-anak saja bahkan para pejabat jaman sekarang ini juga

senang sekali mendapatkan angpauw.

Konon Angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan saja,

bahkan dapat melindungi anak-anak dari roh jahat, sebab uang (qian)

secara harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau "ya sui qian",

masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun

sekali untuk mengganggu anak-anak kecil, maka dari itu di usulkan sebagai

penangkal roh tersebut, sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah sebagai tumbal dibawah bantalnya mereka. Maklum unsur api yang membakar pada warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat. Sama seperti kalho Dracula lihat salib begitu.

Menurut adat kuno, yang boleh pergi keluar bersilaturahmi di hari

pertama tahun baru Imlek, hanya kaum pria saja, tetapi sekarang adat ini sudah

tidak berlaku lagi. Dan yang kudu dikunjungi secara berturut-turut adalah

orang tua suami, setelah itu baru orang tua isteri. Lalu ke sanak keluarga

lainnya. Perlu diketahui bukan hanya orang Jawa saja yang melakukan adat

sungkem, orang Tiong Hoa juga demikian yang disebut tee-pai.

Cara soja yang benar berdasarkan pedoman "YANG" memeluk "YIN". Tangan

kanan dikepal kemudian tangan kiri menutupi tangan kanan. Jari jempol berdiri

lurus, dan menempel keduanya. Soja kepada yang lebih tua sejajar mulut;

soja kepada yang seumuran sejajar dada; soja kepada yang lebih muda sejajar

perut; soja kepada para dewa sejajar mata; soja kepada Tuhan di atas

kepala.

Tahun ini adalah tahun Babi - Api. Budaya Cap Ji Shio/ Chinese

Horoscopes adalah kebiasaan bangsa Cina yang menetapkan tahun Imlek dengan 12 jenis binatang. Untuk semua bayi yang dilahirkan pada tanggal 29 Januari 2006 hingga tahun berikutnya akan memiliki shio anjing. Kebiasaan bangsa

China ini sudah bersejarah lebih 2000 tahun. Alkisah Sang Buddha memanggil

binatang-binatang yang ada di hutan untuk menghadap. Dikisahkan secara

berurutan ada 12 binatang yang datang menghadap Sang Budha, yakni :

Tikus, Kerbau, Macan, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet,

Ayam, Anjing, dan Babi.

Walaupun itu mungkin hanya sekedar dongengan belaka. Tetapi anehnya

banyak sekali orang yang percaya bahwa nasib seseorang berhubungan erat dengan tahun kelahirannya. Oleh sebab itulah dalam soal mengambil keputusan

untuk menikah, 'tahun kelahiran' ini mempunyai pengaruh yang berat. Sebagai

contoh sebaiknya lelaki yang lahir pada tahun ayam tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun anjing, begitu juga dengan lelaki yang lahir pada

tahun naga tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun harimau.

Sedangkan makanan yang berkaitan erat dengan hari raya tahun baru Imlek

adalah kueh keranjang (nian gao). Kata "kue" atau gao memberikan makna

yang sama dengan kata dan arti "tinggi", sedangkan kata nian berarti "tahun"

jadi secara simbolis diharapkan jabatan maupun kemakmuran semakin tahun dapat naik semakin tinggi. Oleh sebab itulah juga di Kelenteng banyak kueh

kerajang yang dijadiken sesajen disusun secara bertingkat.

Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang

leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan

puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang yang

dijadikan sesaji sembahyang ini, biasanya dipertahankan tidak dimakan

sampai Cap Go Meh (malam ke-15).

Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di

restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk

dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan

leluasa.

Disamping itu berdasarkan mitos atau dongeng Dewa yang paling bisa

mengetahui, keadaan kita dirumah adalah Dewa Dapur "Zao Wang Ye" (Ciao

Ong Ya = Hokkian) sebab segala macam gosip banyak disebar luaskan pada saat sedang kongkouw di dapur, disamping itu dari makanan yang disajikan kita

bisa mengetahui keadaan keluarga tersebut, apakah mereka keluarga mampu

ataukah miskin.

Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik cuti untuk sekalian

laporan ke Sorga. Sang Dewa Dapur ini terkesan reseh dan bawel, maka dari itu

untuk menghindar agar ia tidak memberikan laporan yang ngawur, maka sebaiknya mulutnya disumpal terlebih dahulu dengan "Kueh Keranjang" agar mulutnya jadi lengket dan akhirnya tidak bisa banyak bicara dan kalau bisa bicara
sekalipun pasti hanya hal yang manis-manis saja.

Oleh sebab itulah juga diatas altar dari Dewa Dapur sering diletakan

kertas yang bertulisan: "Dewa yang mulia, ceritakanlah hanya kebaikan kami saja

di langit dan bawalah berkat kembali apabila Anda turun dari langit".

Makanan lainnya yang sering disajikan menjelang Imlek adalah ikan

bandeng, sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata "ikan"

sama bunyinya dengan kata "yu" yang berarti "sisa". Seperti juga kata yu yang

sering tercantum di lukisan gambar sembilan ikan, disitu tercantum "nian

nian you yu" yang berarti "setiap tahun selalu ada (rezeki) sisa".

Tetapi bagi mang Ucup mungkin lebih cocok apabila ditulis "nian nian you mei

mei" yang berarti "setiap tahun selalu ada gadis yang mendampingi"

Selain ikan bandeng yang juga kudu disuguhkan adalah jeruk kuning, yang

lazim disebut sebagai "jeruk emas" (jin ju). Kalau bisa dicarikan jeruk

yang ada daunnya sebab itu melambangkan kekayaannya akan bertumbuh terus.

Kata "jeruk" dalam bahasa Tionghoa bunyinya hampir sama dengan "Da Ji",

sedangkan arti kata dari "Da Ji" itu sendiri berarti besar rejeki.

Sedangkan untuk buah "Apel" (pin guo ) mempunyai arti "ping ping an an"

sama artinya dengan " Da li" yang berarti besar kesehatannya dan

keselamatannya dan untuk buah pear melambangkan kebahagian yang atinya " Sun Sun li li".

Oleh sebab itu ketiga macam buah ini selalu menghiasi meja sembahyangan

yang mengartikan " Da Ji Da Li Sun sun li li" = "Besar rejeki, besar

kesehatan & keselamatannya dan besar pula kehabagiaannya"

Begitu juga dalam memberikan entah itu uang ataupun barang maupun

buah-buah sebaiknya dalam kelipatan dua jadi angka genap begitu, sebab terdapat sebuah pepatah Tionghoa terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan" .

Dan agar rezekinya tidak tersapu habis keluar, maka diwajibkan

menyembunyikan sapu, karena ada pantangan dimana tidak boleh menyapu

dalam rumah pada hari Imlek dan dua hari sesudahnya.

Dan sudah tentu pada hari raya Imlek sebaiknya pasang petasan, karena

ini bisa mendatangkan keberuntungan dan perdamaian sepanjang tahun. Petasan

sudah ada sejak Dinasti Tang (618-907). Konon menjelang tahun baru Imlek

sering berkeliaran monster jahat yang bernama Guo Nien, hanya sayangnya

monster ini masih kurang sakti, sehingga selalu ngacir ketakutan apabila

mendengar bunyi mercon, apalagi kalau melihat cahaya kilat yang keluar

dari ledakan mercon tersebut.

Pada saat mang Ucup masih kecil di hari raya tahun baru Imlek, kami

saling mengucapkan "Sin Cun Kiong Hie" (Xin Chun Gong Xi) yang berarti selamat

menyambut musim semi atau selamat tahun baru, tetapi ucapan demikian

sekarang udah kuno & tidak trendi lagi, karena telah diganti dengan

"Gong Xi Fa Cai" atau (Kiong Hie Hoat Cay) yang berarti semoga sukses selalu atau selamat jadi kaya, maklum generasi sekarang lebih ke money oriented

begitu, dan bagi mereka yang ingin mengucapkan selamat tahun baru Imlek dengan kalimat yang lebih afdol lagi lihat dibawah ini:

"Gong Xi Fa Cai - Wan Shi Ru Yi - Shen Ti Jian Kang"

Yang berarti semoga sukses selama-lamanya & selalu dalam keadaan sehat

Apabila Anda ingin membaca lebih banyak lagi mengenai China maupun

budayanya silahkan simak di www.budaya-tionghoa .org atau bergabung menjadi member mailist di http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/

Wang U Chup - By Race I am Chinese and By Grace I am Christian

Email: mang.ucup@gmail. com

Homepage: www.mangucup. org

Tidak ada komentar: